Minggu, 02 Mei 2010

LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN EKTOPIK

LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK


A. Konsep Dasar Kehamilan Ektopik
1. Pengertian
Gangguan reproduksi yang berkaitan dengan kegagalan dalam proses nidasi yang benar, terus meningkat dalam 15 tahun belakangan ini. Bukan saja di Amerika Serikat tapi juga di seluruh dunia. Saat ini lebih dari 1 dalam 1000 kehamilan di Amerika Serikat merupakan kehamilan ektopik. Resiko kematian akibat kehamilan di luar rahim 10 kali lebih besar daripada persalinan pervaginam dan 50 kali lebih besar daripada abortus induksi. (Donmanf, 1983)
Kehamialn ektopik ialah kehamilan, dimana ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri, melainkan pada tempat seperti tuba fallopi (paling sering), ovarium,omentum dan serviks. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat dari istilah ekstra uterin (kehamilan yang berlokasi di luar uterus) ,oleh karena terdapat beberapa jenis kehamialn ektopik. Misalnya pada kehamilan Pars Interstisialis Tubae dan kehamilan pada serviks uteri.

2. Penyebab
Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik :
a. Faktor-faktor mekanis yang mencegah atau menghambat perjalanan ovum yang telah dibuahi ke dalam kavum uteri.
 Salpingitis, khususnya endosalpingitis yang menyebabakan aglutinasi lipatan arboresen mokosa tuba dengan penyempitan lumen atau pembentukan kantong-kantong buntu.
 Adhesi Peritubal setelah pasca abortus atau infeksi masa nifas, apendisitis ataupun endometriosis.
 Kelainan pertumbuhan tuba, khususnya divertikulum,ostium asesorius dan hipoplasia.
 Kehamilan ektopik sebelumnya, dansesudah sekali mengalami kehamilan ektopik.
 Pembedahan sebelumnya pada tuba.
 Abortus induksi yang dilakukan lebih dari satu kali akan memperbesar risiko terjadinya kehanilan ektopik.
 Tumor yang mengubah bentuk tuba, seperti mioma uteri dan benjolan pada adneksa.
 Penggunaan alat kontrasepsi.
b. Faktor-faktor fungsional yang memperlambat perjalan ovum yang telah dibuahi ke dalam kavum uteri.
 Migrasi eksternal ovum menyebabkan kelambatan pengangkutan ovum yang telah dibuahi lewat saluran tuba atau oviduk.
 Refluks Menstrual. Kelambatan fertilisasi ovum dengan perdarahan menstruasi, dapat mencegah masuknya ovum ke dalam uterus atau menyebabakan ovum tersebut berbalik ke dalam tuba.
 Berubahnya motilitas tuba dapat terjadinya mengikuti perubahan pada kadar estrogen dan progesterone dalam serum
c. Peningkatan atau daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang telah di buahi. Unsur-unsur ektopik endometrium dapat meningkatkan implantasi dalam tuba.

3. Patofisiologi
Salah satu fungsi saluran telur yaitu untuk membesarkan hasil konsepsi (zigot) sebelum turun dalam rahim.Tetapi oleh beberapa sebab terjadi gangguan dari perjalanan hasil konsepsi dan tersangkut serta tumbuh dalam tuba.
Saluran telur bukan tempat ideal untuk tumbuh kembang hasil konsepsi. Disamping itu penghancuran pembuluh darah oleh proses proteolitik jonjot koreon menyebabkan pecahnya pembuluh darah.Gangguan perjalanan hasil konsepsi sebagian besar karena infeksi yang menyebabkan perlekatan saluran telur. Pembuluh darah pecah karena tidak mempunyai kemampuan berkontraksi maka pendarahan tidak dapat dihentikan dan tertimbun dalam ruang abdomen. Perdarahan tersebut menyebabkan perdarahan tuba yang dapat mengalir terus ke rongga peritoneum dan akhirnya terjadi rupture, nyeri pelvis yang hebat dan akan menjalar ke bahu.
Ruptur bisa terjadi pada dinding tuba yang mengalami mesosalping yaitu darah mengalir antara 2 lapisan dari mesosalping dan kemudian ke ligamentum lalum. Perubahan uterus dapat ditemukan juga pada endometrium. Pada suatu tempat tertentu pada endometirum terlihat bahwa sel-sel kelenjar membesar dan hiper skromatik, sitoplasma menunjukan vakualisasi dan batas antara sel-sel menjadi kurang jelas. Perubahan ini disebabkan oleh stimulasi dengan hormon yang berlebihan yang ditemukan dalam endometrium yang berubah menjadi desidua. Setelah janin mati desidua mengalami degenerasi dan dikeluarkan sepotong demi sepotong. Pelepasan desidua ini disertai dengan pendarahan dan kejadian ini menerangkan gejala perdarahan pervaginam pada kehamilam ektopik yang terganggu

4. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang muncul mungkin terjadi pada kehamilan ektopik,antara lain :
a) Pada pengobatan konservatif, yaitu apabila ada ruptur tuba telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang (recurrent bleeding) ini merupakan indikasi operasi.
b) Dapat menyebabakan infeksi.
c) Terjadi subileus karena terdapat massa pada pelvis.
d) Terjadi sterilitas.
e) Apabila perdarahan terjadi secara terus-menerus maka bisa terjadi anemia akibat kekurangan darah.


5. Tanda dan Gejala
a. Adanya amenore, walaupun hanyapendek saja sebelum diikuti oleh perdarahan.
b. Terjadi perdarahan yang berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam.
c. Timbul rasa nyeri pada perut bawah yang sering bertambah dan keras. Nyeri ini biasanya timbul mendadak, dapat lokal atau difus.
d. Keadaan umum pasien : tergantung dari banyaknya darah yang keluar dari tuba, keadaan umum adalah kurang lebih normal sampai gawat dengan syok berat dan anemi. Suhu badan agak meningkat pada abortus tuba yang sudah berlangsung beberapa waktu.
e. Pada abortus tuba terdapat terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah di sisi uterus dan pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanual ditemukan tumor yang tidak begitu padat. Dan akan terasa nyeri sekali pada pemeriksaan panggul, terutama di daerah kavum douglasi dan sewaktu serviks digerakan.
f. Terjadi pembesaran uterus sampi 2 kali ukuran normal.
g. Terjadi penekan pada daerah rektum.

6. Gambaran Klinik / Manifestasi Klinik
a. Kehamilan yang muda dan tidak terganggu, ada gejala-gejala, seperti kehamilan normal yaitu amenore, enek, sampai muntah.
b. Amenore diikuti perdarahan yang berlangsung cuckup lama dan darah berwarna kehitaman.
c. Rasa nyeri kiri/kanan pada perut bagian bawah.
d. Uterus yang terus membesar dan lembek seperti pada kehamialn intra uterin. Pada kehamilan 2 bulan selain uterus membesar ditemukan tumor yang lembek dan licin.
e. Tergantung dari banyaknya darah yang keluar ke rongga perut, penderita tampak biasa saja atau tampak anemis, suhu badan agak naik.
f. Perut membesar menunjukan tanda-tanda rangsanga peritoneum debgab nyeri keras pada palpasi, kadang ditemukan adanya cairan bebas dalam rongga perut.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Penderita yang disangka mengalami kehamilan ektopik terganggu (KET) harus dirawat inap di rumah sakit untuk penanggulangannya.
b. Bila wanita mengalami atau dalam keadaan syok, maka perbaiki keadaan umumnya dengan cairan yang cukup (dekstrosa 5%, glukosa 5%, garam fisiologi dan tranfusi darah).
c. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan luka lebih cepat.
d. Berikan antibiotic yang cukup dan obat anti inflamasi.
e. Setelah diagnosa jelas, segara lakukan tindakan lapratomi untuk menghilangkan sumber perdarahan : dicari, diklem, dan dieksisi sebersih mungkin kemudian diikat sebaik-baiknya.
f. Salpingektomi : mengangkat kehamilan yang kecil dengan panjang kurang dari 2 cm dan terletak dalam bagian 1/3 distal tuba fallopi, tempat perdarahan dikendalikan dengan elektro atau laser dan luka insisi dibiarkan tanpa penjahitan sampai sembuh sendiri.


B. Askep pada Kehamilan Ektopik
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Alasan Dirawat
• Keluhan utama : mual, muntah, nyeri abdomen
• Riwayat penyakit
- menanyakan penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya
- menanyakan penyakit yang sedang dialami sekarang
- menanyakan apakah pasien pernah menjalani operasi

• Riwayat keluarga
- menanyakan apakah di keluarga pasien ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular kronis
- menanyakan apakah dari pihak keluarga ibu atau suaminya ada yang memiliki penyakit keturunan
- menanyakan apakah dari pihak keluarga ibu atau suaminya pernah melahirkan atau hamil anak kembar dengan komplikasi.

• Riwayat obstetrik:
- menanyakan siklus menstruasi apakah teratur atau tidak
- menanyakan berapa kali ibu itu hamil
- menanyakan berapa lama setelah anak dilahirkan dapat menstruasi dan berapa banyak pengeluaran lochea
- menanyakan jika datang menstruasi terasa sakit
- menanyakan apakah pasien pernah mengalami abortus
- menanyakan apakah di kehamilan sebelumnya pernah mengalami kelainan
- menanyakan apakah anak sakit panas setelah dilahirkan
- menanyakan apakah pasien menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim

c. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (Data Fokus)
1. Makan minum
tanda : nafsu makan menurun (anoreksia), mual muntah, mukosa bibir kering, pucat.
2. Eliminasi
tanda : BAB konstipasi, nyeri saat BAB
BAK Sering kencing
3. Aktivitas
tanda : nyeri perut saat mengangkat benda berat, terlihat oedema pada ekstremitas bawah (tungkai kaki)
d. Pemeriksaan Umum
1. Inspeksi
• terlihat tanda cullen yaitu sekitar pusat atau linia alba kelihatan biru, hitam dan lebam
• terlihat gelisah, pucat, anemi, nadi kecil, tensi rendah
2. Pada palpasi perut dan perkusi
• terdapat tanda-tanda perdarahan intra abdominal (shifting dullness)
• nyeri tekan hebat pada abdomen
• Douglas crisp: rasa nyeri hebat pada penekanan kavum Douglasi
• Kavum douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya darah.
• Teraba massa retrouterin (massa pelvis)
3. Nyeri bahu karena perangsangan diafragma
4. Nyeri ayun saat menggerakkan porsio dan servik ibu akan sangat sakit

e. Pemeriksaan Diagnostic
1. Pemeriksaan laboratorium
• pemeriksaan Hb setiap satu jam menunjukkan penurunan kadar Hb
• timbul anemia bila telah lewat beberapa waktu
• leukositosis ringan ( < 15000)
2. Pemeriksaan tes kehamilan
• tes baru yang lebih sensitive berguna karena lebih mungkin positif pada kadar HCG yang lebih rendah
3. Pemeriksaan kuldosintesis
• untuk mengetahui adakah darah dalam kavum douglasi
• untuk memastikan perdarahan intraperitonial dan dapat memberikan hasil negative palsu atau positif palsu
4. Diagnostic laparoskopi
• untuk mendiagnosis penyakit pada organ pelvis termasuk kehamilan ektopik


5. Ultra sonografi (USG)
• untuk mendiagnosis kehamilan tuba dimana jika kantong ketuban bisa terlihat dengan jelas dalam kavum uteri maka kemungkinan kehamilan ektopik terjadi
6. Diagnostic kolpotomi
• infeksi langsung tuba fallopi dan ovarium. Prosedur ini tidak dilakukan lagi karena hasil kurang memuaskan
7. Diagnostic kuretase
• pembedahan antara abortus iminens atau inkomplitus pada kehamilan intrauteri dengan kehamilan tuba. Ditemukannya desidua saja dalam hasil kuret uterus yang menunjukan kehamilan ekstrauteri.

2. Pohon Masalah

saluran telur

untuk membesarkan hasil konsepsi

terjadi gangguan hasil konsepsi dan tersangkut di tuba

infeksi

peningkatan infeksi tuba

Rupture Tuba

Perdarahan

Anemia

Kelemahan

Penurunan Aktivitas

Gangguan Mobilitas Fisik


3. Diagnosa Keperawatan Dan Rencana Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d trauma jaringan sekunder akibat pembedahan perut
Rencana Intervensi :
Oservasi tanda vital
Kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien
Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi
Beri posisi yang nyaman
Perhatikan lingkungan yang nyaman
Kolaboratif pemberian analgetik
b. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang kehamilan ektopik
Rencana intervensi :
 Diskusikan gejala infeksi luka yang harus dilaporkan kepada dokter
 Jelaskan pentingnya waktu istirahat berencana
 Tekankan pentingnya mencegah kehamilan dalam waktu 2-4 bulan atau sesuai indikasi
 Jelaskan bahwa kemampuan untuk melahirkan dapat menurun khususnya jika kehamilan tuba disebabkan oleh infeksi pelvis atau anomali tuba
c. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan sekunder akibat anemia
Rencana intervensi :
 Observasi tanda vital setelah aktivitas
 Bantu pasien untuk ambulasi dini dan meningkatkan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi tinggi Fe dan tinggi protein
 Delegatif pemberian transfusi darah dan cairan parentral
d. Berduka b/d kehilangan janin
Rencana intervensi :
 Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan
 Biarkan pasien secara verbal mengekspresikan tentang perasaannya
 Beri motivasi kepada orang terdekat untuk memberi dukungan
 Beri dukungan untuk melanjutkan aktivitas
e. Risiko kekurangan volume cairan b/d ketidakadekuatan masukkan cairan dan kehilangan cairan sekunder
 Pantau intake dan output
 Observasi tanda vital
 Delegatif dalam pemberian cairan intravena
f. Risiko terjadi infeksi b/d luka operasi dan pemasangan alat-alat perawatan
 Beri KIE tentang hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi
 Rawat luka secara steril
 Beri perawatan terhadap dower kateter dan rawat lokasi tempat pemasangan infus
 Kolaborasi dalam pemberian antibiotika
g. Risiko terhadap konstipasi b/d penurunan peristaltik sekunder akibat dari efek anastesi pembedahan
 Mobilisasi pasien secepatnya di tempat tidur secara bertahap : miring kanan dan kiri, menggerakkan kaki dan tungkai
 Pertahankan kehangatan pasien

4. Evaluasi
a. nyeri pada abdomen berkurang
b. pengetahuan pasien bertambah
c. pasien mampu kembali beraktivitas
d. pasien mengungkapkan perasaannya tenang / sudah membaik
e. kebutuhan cairan pasien terpenuhi / adekuat
f. infeksi tidak menjadi actual
g. pasien mampu untuk eleminasi (BAB) secara normal sesuai kebiasaan


Daftar Pustaka

1. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fk. Padjajaran, 1984. Obstetri Patologi Bandung. Elstar Ofset
2. Cunningham, Mac Donald, 1995. Obstetri Williams Edisi 18. Jakarta : EGC
3. Manuaba Ida Bagus Gede, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan
4. Prawirohardjo Sarwono, 1989. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka
5. Richard, dkk. Kedaruratan Obstetri Edisi 3
6. Rustam Mochtar, MPH, 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar