Minggu, 02 Mei 2010

LAPORAN PENDAHULUAN DIMENSIA

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
DIMENSIA

I. KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN
Gangguan kognitif spesifik yang perlu mendapat perhatian adalah dimensia dan delirium. Dimensia adalah gangguan kognitif yang ditandai dengan hilangnya fungsi intelektual yang berat (Anna Keliat, 1994 : 6).
Delirium adalah fungsi kognitif yang kacau ditandai dengan kesadaran, berkabut yang dimanifestasikan dengan lama, konsentrasi yang rendah (Anna Kaliat, 1994: 5).

B. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
1. Faktor Predisposisi
Rentang respon kognitif


Tegas
Ingatan utuh
Orientasi lengkap
Persepsi aktual
Perhatian terfokus
Koheren pikiran logis Ketidaktegasan periodik
Mudah lupa
Kebingungan transien ringan
Kadang mispersepsi
Kadang berpikir tak jernih
Ketidakmampuan membuat keputusan,
kerusakan ingatan dan penilaian, disorientasi, mispersepsi, terus ketidakmampuan untuk ber berfokus pada perhatian kesulitan dengan alasan logis.

Gangguan respon kognitif pada umumnya sebagai akibat dari gangguan biologik pada fungsi sistem saraf pusat. Faktor yang mempengaruhi individu mengalami gangguan kognitif termasuk :
a. Gangguan suplai O2, glukosa dan zat gizi dasar penting lainnya ke otak.
 Perubahan vaskular artoriosklereas
 Serangan iskemik sementara
 Hemorogi serebral
 Infark otak kecil multiple
b. Degenerasi berhubungan dengan penuaan
c. Pengumpulan zat beracun dalam jaringan otak
d. Penyakit HIV
e. Penyakit batu kronik
f. Penyakit ginjal kronik
g. Defisiensi vitamin (terutama tiamin)
h. Malnutrisi
i. Cacat genetik
j. Kelainan psikotik mayor seperti : skizofrenia, dan bipolar
2. Faktor Presipitasi
Setiap gangguan di otak dapat berakibat gangguan kognitif, seperti :
1. Hipoksia.
2. Gangguan metabolik, termasuk hipotirodisme, hipertiriodisme, hipoglikenik, popuvitarisme, dan penyakit adrenal.
3. Takss dan agen infeksi.
4. Respon yang berlawanan terhadap pengobatan.
5. Perubahan struktur otak, seperti lumer atau trauma.
6. Kekurangan atau kelebihan sensori.
3. Sumber Koping
Respon individu termasuk kekuatan dan ketrampilan. Pemberi pelayanan bersifat mendukung dan juga sebagai sumber informasi tentang karakterisitik, kepribadian, kebiasaan dan rutinitas kelompok swalayan (self-help group) dapat merupakan sumber koping bagi pemberi pelayanan.
4. Mekanisme Koping
Cara individu menghadapi secara emosional respon kognitif yang maladaptif sangat dipengaruhi oleh perjalanan masa lalunya.
Gangguan prilaku yang mendasar pada delirium adalah perubahan kesadaran yang mencerminkan gangguan bioligik yang berat pada otak, mekanisme koping patologik pada umumnya tidak digunakan. Pegawai harus melindungi pasien dari bahaya dengan menggantikan mekanisme koping individu secara konstan mengorientasi pasien dan mendorongnya menghadapi realitas. Prilaku yang menunjukkan upaya seseorang dengan dimensia untuk mengadakan. Kehilangan kemampuan kognitif dapat termasuk kecurigaan, bermusuhan, bercanda, depresi, seduktif dan menarik diri.
Mekanisme pertahanan ego yang mungkin teramati pada pasien dengan gangguan kognitif meliputi :
a. Regresi
b. Denial
c. Kompensasi

C. RENTANG RESPON KOGNITIF
Model Kognisi :
1. Model Pembelajaran
Teori pembelajaran psikologis ini menyatakan bahwa jika individu mengalami perubahan pada beberapa respon positif. Respon yang paling mungkin ada respon yang pernah digunakan pada masa lalu.
2. Model Kognitif Sosial
Teori pembelajaran psikologi ini menyatakan suatu stimulus dialami sebagai tanda menimbulkan runtutan, mengantarkan seseorang untuk mencari kepuasan. Respon dituntut : mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan. Respon dituntut dan persepsi individu terhadap lingkungan.
3. Model Perkembangan Piaget
Tahap Usia Karakteristik
Sensorimotor Lahir-2 th


- Berorientasi pada lingkungan
- Tidak berbahasa
- Mengembangkan kesadaran tentang dalam ruang.
- Mengembangkan daya ingat tentang benda yang hilang
Persiapan dan organi-sasi operasi konkrit dari tahap preorasional 2 – 5 th - Dampak simbolisme
- Benda didefinisikan sesuai fungsinya
- Pemikiran magis


Operasi konkrit 5 – 12 th - kemampuan bercerita
- Membuat dan mentaati peraturan
- Pengumpulan pengalaman

Operasi formal
12 – 14 th
4 bulan - tua
- Abstrak
- Pengembangan hal ideal
- Krisis terhadap orang lain
- Kritis terhadap diri sendiri

D. TANDA DAN GEJALA
Tanda-tanda delirium Tanda-tanda dimensia
- Kesadaran menurun
- Disorientasi
- Bingung
- Cemas
- Gelisah
- Panik
- Bicara komat-kamit
- Inkoheren
- Gangguan tidur - Daya ingat menurun/hilang
- Apek labil
- Gelisah
- Agitasi
- Prilaku sosial yang tidak sesuai
- Psikorientasi
Perbandingan delirium, dimensia dan depresi
Depresi Delirium Dimensia
Awitan perjalanan gangguan
Cepat (minggu/ bulan) mungkin ada pembatasan diri atau menjadi kronik tanpa penanganan Cepat (jam/ hari) Fluktuasi luas dapat berlangsung terus untuk beberapa minggu jika penyebab tidak diketahui Bertahap (tahunan) Kronik, lambat namun penurunan berkesinambungan
Tingkat kesadaran Normal Berfluktuasi diri sangat waspada hingga sulit untuk dibangunkan Normal
Orientasi Pasien mungkin tampak disorientasi Pasien disorientasi
Bingung Pasien disorientasi
Bingung
Afek Sedih, depresi, cemas, rasa ber-salah Fluktuasi
Labil, apatis pada tahap lanjut
Perhatian Kesulitan konsen-trasi, pasien mung-kin menelaah dan menelaah kembali semua tindakannya Selalu terganggu Mungkin utuh, pasien dapat memu-satkan perhatian pada satu hal untuk waktu yang lama
Tidur Terganggu : tidur berlebihan atau insomnia terutama ketika bangun pagi Selalu terganggu Biasanya normal
Prilaku Pasien mungkin merasa sangat lelah, apatetik, mungkin agitasi Agitasi gelisah Pasien mungkin agitasi atau spatetik, mungkin bengong
Pembicaraan Pelan, jarang, mungkin meledak-ledak, dapat dimengerti Jarang atau cepat, pasien mungkin inkoheren Jarang atau cepat, berulang, pasien mungkin inkoheren
Ingatan Bervariasi dari hari ke hari, lamban dalam mengingat, sering defisit ingatan jangka panjang dan pendek Terganggu, terutama untuk peristiwa yang baru terjadi Kerusakan, terutama untuk kejadian terbaru
Kognisi Mungkin tampak terganggu Gangguan mengemukakan alasan Gangguan dalam mengemukakan alasan dan menghitung
Isi pikir Negatif hipokondrik, pikiran dipenuhi oleh kematian, paranoid Imkoheren, bingung, waham steriotipik Tidak teratur, isi pikir kaya, berwaham paranoid
Depresi Terganggu, pasien mungkin mengalami halusinasi pendengaran, penafsiran negatif terhadap kejadian dan orang lain Salah penafsiran, ilusi, halusinasi Tidak berubah
Pengambilan keputusan Buruk Buruk Buruk; Prilaku sosial tidak sesuai
Penghayatan Mungkin terganggu Mungkin tampak jelas sesaat Tidak ada
Penampilan pada saat pemeriksaan starus jiwa Mungkin terganggu,daya ingat terganggu, berhitung, menggambar, mengikuti perintah biasanya tidak terganggu, sering manjawab “saya tidak tahu” Mungkin tampak jelas saat bunuh diri tapi bervariasi; meningkat selama tamapak jelas sesaat dan dengan penyembuhan Secara konsisten buruk, mungkin memburuk dengan cepat : pasien berupaya menjawab semua pertanyaan






E. Implementasi
1. Delirium
Intervensi pra keperawatan pasien dengan deliriummeliputi:
a. Kewaspadaan perawat
Pengekangan pada pasien deliriu, untuk mempertahankan aliran intrvena tetap dalam keadaan baik,dapat meningkatkan agitasi. Gunakan pengekangan jika hanya sangat diperlukan dan jangan meninggalkan pasien delirium yang sedang dikekang seorang diri.
b. Memenuhi kebutuhan fisiologik
Pertahankan keseimbangan nutrisi cairan dan elektolit, lakukan tindakan perawatan seperti menggosok punggung, memberikan susu hangat dan percakapan yang menyenangkan pasien sehingga dapat tidur, obat sedatif mungkin merupkan kontraindikasi samapai diketahui penyebab delirium.
c. Lakukan inetrvensi pada gangguan seperti persepsi halusinasi :
 Biarkan lampu menyala di ruangan untuk mengurangi bayangan
 Pastikn keamanan dengan, menempatkan pasien dalan ruangan dengan tirai pengaman dan memindahkan perabotyang berlebihan
 Berikan Askep satu perawat satu pasienjika diperlukan untuk mempertahankan orientasi pasien
 Orintasukan kembali terhadap waktu, tempat dan orang
d. Komunikasi
 Berikan pesan yang jelas
 Hindari memberikan pilihan
 Gunakan pernyataan langsung yang sederhana
e. Penyuluhan pasien
 Berikan informasi mengenai penyebab delirium
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang pengobatan yang diresepkan
 Informasikan tentang pencegahan episode dimasa yang akan datang
 Rujuk pada agensi keperawatan komunitas jika dibutuhkan penyuluhan atau intervensi lebih lanjut




2. Dimensia
Intervensi keperawtan pada pasien dengan dimensia meliputi :
a. Orientasi
 Beri tanda yang jelas pada kamar pasien dengan menggunakan namanya
 Anjurkan pasien untuk menyimpan barang milik pribadi pasien di kamarnya
 Gunakan lampu tidur
 Sediakan jam dan kalender
 Orientasi secara verbal dengan interval yang sering
b. Komunikasi
 Perkenalkan diri anda
 Tunjukkan sikap positif tanpa pamrih terhadap pasien
 Gunakan komunikasi verbal yang jelas dan singkat
 Atur suara
 Hindari penggunaan kata ganti
 Gunakan pertanyaan yang sederhana
 Minta satu dalam satu kesempatan
 Pastikan bahwa komunikasi verbal sejalan/ selaras dengan komunikasi nonverbal
 Pelajari kehidupan masa lalu pasien
 Berikan perasaan bebas di tempat tinggalnya
c. Dukung mekanisme koping
d. Kurangi kebengongan pasien dengan mengidentifikasi kondisi terjadinya prilaku melakukan tindakan pencegahan
e. Kurangi agitasi
 Beritahukan apa yang diharapkan secara jelas
 Tawarkan pilihan jika pasien dapat melakukannya
 Berikan jadwal aktivitas
 Hindarkan perebutan aktivitas, jika pasien menolak permintaan tinggalkan dan kembali dalam beberapa menit
 Libatkan pasien dalam asuhan jika memungkinkan
f. Pendekatan farmakologi
 Takrin (Gogneks) memeprlambat perkembangan penyakit Alzheimer
g. Keterlibatan anggota keluarga
h. Gunakan sumber yang ada dikomunitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar