Senin, 19 April 2010

Laporan Pendahuluan Fraktur

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR

A. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa ( Arif Mansjoer,2000 )
Fraktur adalah patah tulang , biasanya disebabkan oleh trauma ( Sylvia A. Price, 1995 ).
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang ( Marilyn E. Doenges,1999)

Berdasarkan perluasannya Fraktur diklasifikasi menjadi dua yaitu :
1. Fraktur komplit
Terjadi bila seluruh tubuh tulang patah atau kontinuitas jaringan luas sehingga tulang terbagi dua bagian dan garis patahnya menyebrabg dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga mengenai seluruh korteks.
2. Fraktur inkomplit
Diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patahan tidak menyebrang sehingga masih ada korteks yang utuh.

Berdasarkan bentuk garis patahan, fraktur dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Fraktur linier atau transversal
Fraktur yang garis patahannya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang, pada fraktur ini segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ketempat semula, maka segmen itu akan stabil dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.
2. Fraktur oblik
Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut tulang, fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.
3. Fraktur spiral
Fraktur yang hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilasasi luar.

4. Fraktur green stick
Fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks tulang hanya sebagian yang masih utuh, demikian juga periosteum.
5. Fraktur kompresive
Fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya.

Berdasarkan hubungan fragmen tulang dan jaringan sekitar, dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Fraktur tertutup
Fraktur yang fragmen tulangnya mempunyai hubungan dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka
Fraktur yang fragmen tulangnya pernah berhubungan dengan dunia luar, dimana kulit dari ekstremitas telah ditembus.
3. Fraktur komplikata
Fraktur yang disertai kerusakan jaringan saraf, pembuluh darah atau organ yang ikut terkena.
4. Fraktur patologis
Fraktur yang disebabkan oleh adanya penyakit lokal pada tulang sehingga kekerasan dapat menyebabkan fraktur terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainya.

B. PATOFISIOLOGI
1. Etiologi
a. Trauma langsung
Benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, patah tulang pada tempat benturan.
b. Trauma tidak langsung
Jatuh bertumpu pada lengan yang menyebabkan patah tulang klavikula, patah tulang tidak pada tempat benturan melainkan oleh karena kekuatan trauma diteruskan oleh sumbu tulang dan terjadi fraktur di tempat lain.
c. Etiologi lain
1) Trauma tenaga fisik ( Tabrakan, benturan )
2) Penyakit pada tulang ( proses penuaan, kanker tulang )
3) Degenerasi spontan
2. Tanda dan gejala
a. Deformitas, mungkin terdapat kelainan bentuk pada lokasi yang terkena.
b. Funsiolaesia
c. Nyeri tekan
d. Nyeri bila digeser
e. Krepitasi, dirasakan pada tulang fraktur yang disebabkan oleh pergeseran dua segmen ( suara gemetar )
f. Bengkak akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti.
g. Spasme otot
3. Skema patofisiologi
Trauma langsung dan tidak langsung

Tekanan eksternal yang lebih besar dari yang
dapat ditahan oleh tulang


Perubahan kontinuitas pembedahan situasi baru
Aliran darah jaringan tulang

Pasca op Pre op
Risiko terhadap
Kerusakan
Pertukaran gas cedera cemas
Jaringan lunak
Terpasang alat Kurang
Spasme otot fiksasi internal pengetahuan
sekunder
- kerusakan mobilitas fisik
Nyeri - defisit perawatan diri
- risiko kerusakan integritas kulit


Trauma langsung dan tak langsung akan menyebabkan terjadinya tekanan eksternal pada tulang yang tekanannya lebih besar dari yang dapat ditahan oleh tulang. Tulang dikatakan fraktur bila terdapat interuksi dari kontinuitas tulang dan biasanya disertai cedera jaringan disekitarnya yaitu ligamen, otot, tendon, pembuluh darah dan persarafan. Sewaktu tulang patah maka sel-sel tulang akan mati, perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut.
Reaksi peradangan hebat terjadi setelah timbul fraktur, sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mast dimulai. Ditempat patah terbentuk bekuan fibrin dan berfungsi sebagai alat untuk melekatnya sel-sel baru, matur yang disebut kalus. Bekuan fibrin direabsopsi untuk membentuk tulang sejati. Penyembuhan memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan. Penyembuhan dapat terganggu atau terlambat apabila hematoma fraktur tulang / kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk atau apabila sel-sel tulang baru rusak selama proses kalsifikasi dan pergeseran.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X ( rontgen )
Dapat melihat gambaran fraktur, deformitas, lokasi dan Tipe.
2. Anteragram/menogram
Menggambarkan arus vaskularisasi.
3. CT SCAN, MRI, SCAN Tulang, Tomogram
Untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
4. Pemeriksaan Lab ( DL )
Untuk pasien fraktur yang perlu diketahui antara lain : HB, HCT (sering rendah karena perdarahan ), WBC ( kadang meningkat karena proses infeksi )
5. Creatinin
Trauma otot meningkatkan beban creatinin untuk klirens ginjal.


D. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Reposisi / setting Tulang
Berarti pengambilan Fragmen tulang terhadap kesejahteraannya.
a. Reposisi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya dengan memanipulasi dan traksi manual.
b. Reposisi terbuka dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direposisi.
2. Imobilisasi
Untuk mempertahankan reposisi sampai tahap penyembuhan.
a. Konservatif fiksasi eksterna
Alatnya : Gips, Bidai, Traksi
b. ORIF ( Open reduction Internal fictation )
Alatnya : Pen, flat screw.
3. Rehabilitasi
Pemulihan kembali / pengembalian fungsi dan kekuatan normal bagian yang terkena


Daftar Pustaka

Capernito,L.J.1999. Buku Saku Diagnoasa Keperawatan. Jakarta : EGC
Doenges,Marilyn.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi Ketiga. Jakarta : EGC
Mansjoer,arief.2000. Kapita Selekta Kedokteran,Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius
Price,Sylvia .1995. Patofisiologis ,Konsep Klinis dan Proses – Proses Penyakit, Edisi 6.Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar